Pohon Kesukaranku

20.54

Alkisah, ada seorang tukang kayu yang baru saja mengakhiri hari pertama kerjanya. Hari yang bisa dikatakan sungguh melelahkan. Betapa tidak, ban kempes kendaraan kerjanya membuat dia kehilangan satu jam kerja. Belum  lagi, gergaji listriknya tiba-tiba tidak bisa digunakan. Dan sekarang, mobil truk tuanya tidak bisa dinyalakan. Akhirnya, rekannya mengantar pulang si tukang kayu. Sepanjang perjalanan, si tukang kayu hanya membisu.



Setibanya di tujuan, si tukang kayu mengundang rekannya untuk mampir sejenak. Saat mereka berjalan menuju pintu depan rumah, si tukang kayu menyempatkan diri mendekati sebuah pohon kecil. Ia menyentuhkan ujung dahan-dahannya dengan kedua tangannya. Lalu ketika membuka pintu, si tukang kayu itu langsung bertransformasi menjadi sosok yang sangat berbeda. Wajahnya yang berwarna kecokelatan diliputi senyuman lebar dan ia memeluk kedua anaknya yang masih kecil serta mengecup pipi sang istri.



Setelah itu, si tukang kayu mengantar rekannya ke mobilnya. Mereka kembali melewati pohon itu. Karena tak mampu menahan rasa penasarannya yang begitu besar, rekannya itu pun bertanya perihal apa yang dilakukan si tukang kayu sebelumnya.



“Oh, itu pohon kesukaranku,” jawab si tukang kayu. “Aku tahu aku akan selalu menghadapi kesukaran dan kesulitan di pekerjaanku, tapi satu hal yang pasti, semuanya itu tidak boleh muncul di rumah yang menjadi tempat tinggal istri dan anak-anakku. Jadilah, aku menggantungkan semua kesukaran itu di pohon ini setiap malam begitu aku pulang. Lalu di pagi harinya, aku akan mengambilnya kembali.”



Si tukang kayu terdiam sejenak. “Lucunya,” katanya sembari tersenyum, “ketika aku keluar rumah di pagi harinya untuk mengambil semua kesukaran itu, bebannya tidaklah seberat yang kuingat malam sebelumnya.”


Adakah yang melakukan hal serupa dengan si tukang kayu ini? Mungkin hanya ada segelintir dari kita yang menjawab “Ya”. Sebagian besar lainnya lebih sering mencampuradukkan urusan kerja atau bisnis dengan keluarga. Sering kali kita membawa pulang semua masalah kita di kantor atau di luar rumah, sehingga sering kali pula bukan situasi gembira dan menyenangkan yang tercipta di rumah.


Mari belajar untuk meninggalkan sejenak segala persoalan rumit kita di pekerjaan di suatu tempat sebelum kita melangkah masuk ke dalam rumah. Dengan cara demikian, keluarga kita akan tumbuh menjadi keluarga yang bahagia dan harmonis. Dan dijamin keesokan harinya, beban berat kita di hari sebelumnya akan terasa lebih ringan. Kita juga akan lebih dimampukan untuk menghadapi segala permasalahan yang menanti.

Artikel Terkait

  • Cerpen - First Love “Ahaaha…” tawaku terheran-heran mendengar cerita Vira tentang pacar barunya yang ingusan dan ngompol ketika sd. ...
  • Majukan Usaha dengan Menjaga Pelanggan SetiaPelanggan setia bukan sekadar pelanggan yang datang berkali-kali. Tapi, pelanggan setia juga pemasar produk yang loyal ...
  • Cinderella MerpatiAmel dan Imel. Sepasang burung merpati yang selama ini mengharapkan diri mereka menjadi manusia. Mereka berdua selalu ...
  • Cara Beda Melihat LubangKebanyakan orang melihat lubang itu kosong. Tetapi sebagian yang lain (sebagian kecil) justru melihat peluang. Dari seb ...
  • Ulat Anggur dan Mawar PutihDahulu kala di sebuah desa yang damai dengan raja dan ratu yang hidup di istananya yang besar hiduplah seorang putri y ...
Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

Tidak ada komentar