Kebanyakan orang melihat lubang itu kosong. Tetapi sebagian yang lain (sebagian kecil) justru melihat peluang. Dari sebagian kecil itu muncullah nama Sheri Schmelzer.
Schmelzer dan tiga anaknya suka memakai sepatuCrocs yang unik karena memiliki warna-warna terang yang menggemaskan. Seperti umumnya sepatu Crosc, jenis alas kaki ini memiliki ciri yang khas, yaitu sejumlah lubang di sana sini. Ternyata Schmelzer dan ketiga anaknya suka berguyon. Anak pertama, Lexie, yang usianya baru tujuh tahun, suka membuat manik-manik dan kemudian ditempelkannya ke lubang sepatu Crocs yang akan dikenakannya. Schmelzer kemudian mencari kancing dan memasangnya di lubang itu untuk menambah keindahan.
Lama-kelamaan kegiatan menutup lubang Crocs dengan hiasan kecil itu menjadi kegiatan rutin. Karena itu Schmelzer kemudian membuat manik-manik aksesoris untuk ke-12 pasang Crocs milik keluarganya di rumah. Sampai suatu kali suaminya, Rich Schmelzer, menemukan peluang bisnis. Dengan penjualan Crocs yang mencapai jutaan pasang, peluang menutup lubang-lubang Crocs itu menjadi besar. Dari sanalah keluarga ini membuat usaha aksesoris sepatu Crocs dengan nama Jibbitz pada tahun 2005.
Usahanya berkembang pesat hingga menghasilkan 300 desain dan dijajakan di 2000 outlet di Amerika hingga tahun 2006. Karena aksesoris itu laku, Crocs sendiri sampai tertarik membeli bisnis keluarga itu. Tahun 2006 Crocs membeli Jibbitz senilai US$20 juta atau sekitar Rp200 miliar. Meskipun sudah dimiliki Crocs, Schmelzer masih memiliki kompensasi rutin yang bergantung pada penjualannya. Sebuah media di sana, The Richest, memperkirakan kekayaan mereka saat ini mencapai sebesar US$300 juta atau sekitar Rp3,3 triliun. Tentu saja nilai kekayaan sebesar itu bukan nilai yang kecil. Ini semua berkat cara pandang yang tak biasa Sheri Schmelzer dalam melihat lubang.